Dicari: Sukarelawan Ngetik Keroyokan

Tobucil dan Komunitas Taman Kota 
akan mengadakan acara mengetik ulang buku bersama, 
yang hasilnya akan dijadikan buku braille 
untuk teman-teman tunanetra, 
bekerja sama dengan Fency—Fellowship of Netra Community.
Masing-masing sukarelawan cukup mengetik ulang empat halaman buku. 
Sedikit, mungkin, tapi kalau dikerjakan keroyokan, 
dari empat halaman bisa jadi empat ratus halaman.
Ngetik Keroyokan akan dilangsungkan di: 
Tobucil - Sabtu 10/17/24/31 Januari 2015 pukul 15.00 - 18.00
Sekolah Taman di Taman Centrum - Minggu, 18 Januari 2015 pukul 10.00-15.00.
Kalau bisa bawa laptop sendiri-sendiri ya!

Untuk informasi dan pendaftaran kontak
Tobucil 022-4261548
Sekolah Taman cp. Tera 082116916211 ; Ajo 08132227065
Rere 081320954315



Ceritanya…

Suatu hari pada bulan September 2014 saya mendapatkan pesan “berantai” yang isinya tentang acara “Books for the Blind” yang diselenggarakan Fency bekerja sama dengan salah satu produsen perawatan wajah. Yang membuat saya tertarik adalah acara itu merupakan acara mengetik ulang buku-buku untuk kemudian dijadikan buku braille. Saya yang memiliki ketertarikan di dunia literatur sudah barang tentu sangat ingin mengikuti acara tersebut, sayangnya, acara itu diselenggarakan di Jakarta. Memang, Bandung-Jakarta tidak terlalu jauh, hanya saja saya pikir, di Bandung pasti banyak juga orang yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan serupa. Lantas terjadilah komunikasi antara saya dan Tarini, ketua Fency. Dan kami sepakat untuk membuat acara mengetik ulang buku di Bandung, dibantu teman-teman komunitas di kota ini.
     Saya ceritakan sedikit tentang Fency dulu ya, Fency (Fellowship of Netra Community) adalah komunitas relawan yang berafiliasi dengan Yayasan Mitra Netra. Komunitas ini memiliki dua program, yang pertama adalah travelling tunanetra, sementara yang kedua adalah pengadaan buku-buku braille untuk tunanetra se-Indonesia. Menurut Tarini, minat baca tunanetra yang begitu besar tak sebanding dengan ketersediaan buku braille. Maka dari itu Fency dibentuk agar relawan dalam komunitas itu bisa mengadakan acara pengetikan ulang buku-buku untuk kemudian dialihkan menjadi buku-buku braille.
  Selain menghasilkan naskah buku digital, acara ini juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat membantu teman-teman difabel agar bisa berkegiatan seperti layaknya orang-orang yang memiliki anggota tubuh yang lengkap. Difabel, kata serapan dari bahasa Inggris diffable yang merupakan akronim dari diferrently able, artinya mereka yang memiliki cacat tubuh bukan berarti tak bisa melakukan apa yang biasa dilakukan orang-orang yang beranggota tubuh lengkap, tapi mereka melakukannya dengan cara berbeda. Mereka yang tunanetra mampu membaca, hanya saja yang mereka baca adalah buku beraksara braille. Dan untuk mendapatkan buku braille itu tidak mudah, selain pembuatannya yang lebih mahal daripada buku biasa, keberadaannya pun sangat kurang, sementara minat baca teman-teman tunanetra cukup besar.
  Kegiatan pengetikan ulang buku untuk braille ini juga dilindungi undang-undang, seperti tertera dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, pasal 15, poin D, yang isinya Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat komersial. 
Adalah Tobucil & Klabs dan Komunitas Taman Kota yang saya ajak untuk bekerja sama dengan Fency mengadakan pengetikan ulang buku di Bandung. Tobucil merupakan toko buku alternatif yang juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan kriya dan seni, diskusi buku, filsafat, fotografi, bahkan, kalau saya boleh bilang, di Tobucil kegiatan apa pun bisa dilakukan. Tobucil pun dari sejak awal menyatakan diri “mendukung gerakan literasi di tingkat lokal” (Catatan Dua Belas Tahun Tobucil, Tarlen Handayani, 2013). 
Sementara Komunitas Taman Kota adalah komunitas yang dibentuk oleh Ajo dan teman-teman pada tahun 2008. Komunitas ini berniat untuk meramaikan lagi dan mengembalikan fungsi taman ke fitrah yang sesungguhnya. Kegiatan rutin mereka adalah Rabu Merangsang, Lapak Gratis, dan Sekolah Taman. Sekolah Taman diadakan pada hari Minggu tertentu setiap bulannya dengan mengajak anak-anak bermain, membaca, dan berkegiatan di taman. Saya membayangkan, ketika anak-anak bermain di Sekolah Taman bersama kakak-kakak Komunitas Taman Kota, para orangtua bisa melipir sejenak untuk mengetik empat halaman buku.
Jika berpikir, “Empat halaman? Kapan selesainya mengetik satu buku?” kita bisa mengingat kembali peribahasa “Berat sepikul, ringan sejinjing,” yang artinya bekerja gotong royong (Kamus Peribahasa, Sarwono P, GPU, 2010). Seandainya sukarelawan yang terkumpul selama kegiatan mengetik ulang buku ini bisa mencapai seratus orang, ada empat ratus halaman buku terketik ulang. Ketika hal kecil dilakukan bersama-sama, pengorbanannya mungkin tak terasa bagi masing-masing kita, tapi hasil yang didapat bisa jauh melebihi yang kita bayangkan. Dan yang paling penting, manfaat dari sedikit yang kita lakukan bisa dirasakan oleh banyak orang yang membutuhkan. Jadi kita “keroyoki” saja buku-buku itu. Mari Ngetik Keroyokan!

Reita Ariyanti
15 Desember 2014


Komentar

  1. Rere kereeen :-* Salut! Semoga semakin banyak orang seperti mba Tarini, Rere dan kawan-kawan di kota-kota lain.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer